Galungan merupakan bentuk peringatan kemenangan Dharma melawan Adharma. Pustaka-pustaka mengajarkan bahwa sejak hari Minggu sebelum Hari Raya Galungan, kita didatangai oleh Sang Kala Tiga sebagai simbol keburukan.
Sang Kala Tiga ialah Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amangkurat. Mereka adalah simbul angkara (tidak suci). Jadi, dalam rangkaian Hari Raya Galungan, umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kalakeletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkan adharma.
Tiga kekuatan buruk yang datang saat rangkaian Galungan akan mengganggu secara bergantian.
1. Hari pertama = Sang Bhuta Galungan.
Galungan berarti berperang/ bertempur. Berdasarkan ini, boleh kita artikan bahwa pada hari Minggu (tiga hari sebelum Galungan) kita baru kedatangan bhuta (kala) yang menyerang (kita baru sekedar diserang).
2. Hari kedua = Sang Bhuta Dungulan.
Ia mengunjungi kita pada hari Senin Dungulan keesokan harinya. Kata Dungulan berarti menundukkan/ mengalahkan.
3. Hari ketiga = Sang Bhuta Amangkurat
Hari Anggara Wage Dungulan kita dijelang oleh Sang Bhuta Amangkurat. Amangkurat sama dengan menguasai dunia. Dimaksudkan menguasai dunia besar (Bhuwana Agung), dan dunia kecil ialah badan kita sendiri (Bhuwana Alit).
Meneguhkan Hati
Kepercayaan akan kedatangan Sang Kala Tiga ini merupakan sebuah peringatan untuk umat Hindu agar selalu meneguhkan hati. Apabila kita biarkan kekuatan buruk yang menang, maka dunia ini akan menjadi rusak.
Menurut Pustaka (lontar) Djayakasunu, pada hari Galungan itu Ida Sanghyang Widhi menurunkan anugrah berupa kekuatan iman, dan kesucian batin untuk memenangkan dharma melawan adharma. Menghilangkan kekuatan buruk pun dipercaya harus dimulai dari hati masing-masing orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar