Senin, 28 November 2016

Makna Dan Filosofi Kwangen

Kewangen itu adalah kata jadian, kata dasarnya adalah WANGI,mendapatkan prefik Ka dan sufik AN, maka menjadi; Ka + wangi +an = ka(e)wangian. i + a = e, menjadi Kewangen. Oleh karena kata dasarnya itu WANGI, yang mana wangi itu identik dengan bau yang disenangi dan bau yang dicintai, mungkin dibutuhkan oleh setiap manusia yang normal (Kewangen), maka itu pula yang menyebabkan kewangen itu disebut dan digunakan sebagai simbul yang dapat mewakili Tuhan dalam pikiran umat. Jadi kesimpulannya Kewangen itu adalah simbul Tuhan juga disebut simbul dari huruf Ongkara (huruf Bali) yang juga disebut simbul Tuhan dalam bentuk huruf. 
 
Kuangen terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
  1. Kojong, biasanya dibuat dari daun pisang, dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk kojong. Kojong ini bila kita tekan sampai lempeh maka dia akan berbentuk segi tiga, maka kojong menyimbulkan angka tiga Huruf Bali (lihat huruf Ongkara Bali).
  2. Pekir, dibuat sedemikian rupa menyerupai hiyasan kepala dari tarian jangger (tarian muda-mudi di Bali).dibuat dari daun janur. Bentuknya bisa kelihatan bermacam-macam , itu sangat tergantung dari seninya yang membuat. Ini merupakan simbul dari Ulu Ardha Candra dan Nada(tulisan huruf Bali).
  3. Uang Kepeng (pipis bolong), bila tidak ada uang kepeng, maka bisa digunakan uang logam, sebab uang kepeng itu yang dipentingkan adalah bentuknya yang bundar, sebagai simbul Windu (nol). Perlu ditekankan disini jangan menggunakan uang kertas yang diplintir akan mengurangi arti dan makna.
  4. Porosan, ini ditempatkan di dalam kojong tadi hampir tidak kelihatan dari luar. Porosan ini yang terpenting adalah terdiri dari tiga unsur yaitu; daun sirih (daun lain yang wajar digunakan), daun ini yang dicari maknanya adalah warnanya yaitu berwarna Hijau, merupakan simbul dari dewa Wisnu, Huruf Balinya adalah Ungkara, Kemudian buah sirih yang disisir sedemikian rupa, ini mewakili warna merah, simbul dari Dewa Brahma, huruf Balinya Angkara. Selanjutnya unsur yang ketiga adalah kapur sirih warnanya putih sibul dari dewa Iswara (Siwa), Huruf Balinya adalah Mangkara. Ketiga-tiganya itu dijarit semat atau diikat pakai menang menjadi satu, artinya seperti uraian dibawah ini. Jadi tiga huruf itu; A.+ U + M = AUM MENJADI ONG ( A dan U kasewitrayang dalam tata bahasa Bali). Maka ONG itu adalah huruf sebagai simbul dari Tuhan.
  5. Bunga, ini simbol dari rasa cinta dan rasa bhakti.
Kesimpulannya Kewangen (bisa dibaca kwangen) adalah merupakan simbul dari Tuhan dalam bentuk tetandingan (sarana upacara).

Oleh karena kewangen itu merupakan sarana upacara yang digunakan disetiap upacara terutama saat sembahyang dan sarana ini dianggap suci, maka sering menjadi pertanyaan antara lain; Kenapa kewangen yang suci itu (simbul Tuhan) kok digunakan/ diletakan di mayat dan di caru? Jawabannya; Nah kalau kita berpijak kepada defenisi kewangen sebagai simbul Tuhan, maka Tuhan itu berada dimana-mana dan menyusup kesemua ciptaannya (baca Tattwa Jnana). Maka dari itulah kewangen digunakan disetiap upacara.

Secara kenyataannya di saat sembahyang umat bermacam-macam caranya menggunakan kewangen, terutama posisinya. Ada yang uang kepeng (sebagai mukanya/depannya) ada yang menghadap kedepan, ada yang menghadap kekiri/kekanan, ada pula yang menghadap ke belakang (menghadap ke yang sembahyang/orang). lalu muncul berbagai pertanyaan dan berbagai penafsiran, maka yang benar (menurut lontar paniti gama tirtha pawitra), uang kepengnya menghadap kebelakang/ menghadap ke orang yang sembahyang itu yang benar.

Sumber:PHDI,Hindualukta

Selasa, 01 November 2016

Inspirasi - Hutang Pada Anak-Anak

Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah.

Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan.

Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.

Tetapi,
Seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka, Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, Menghibur kita dengan tawa kecilnya, Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya.

"Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya."

Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yg justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.

Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka,

_tetapi_

Sebenarnya kitalah yg selalu mereka bahagiakan.
Merekalah yg selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.

Kita berhutang banyak pd anak-anak kita.

Dalam 24 jam, berapa lama waktu yg kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap & bermain dengan mereka?

Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka ?

Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yg selalu "lebih dewasa" & "bijaksana" daripada kita.

Merekalah yg selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yg lebih baik setiap harinya.

Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yg pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.

□Anak-anak yg setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.

□Anak-anak yg terbakar residu ketidak-becusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.

□Anak-anak yg menanggung konsekuensi dari nasib buruk yg setiap hari kita buat sendiri.

□Anak-anak yg barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.

Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.

MAKA,
dekaplah anak-anak kita, tataplah mata mereka dengan kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka :

"Maafkan kami untuk hutang-hutang yg belum terbayarkan"

"Maafkan jika semua hutang ini telah membuat TUHAN sebagai Ayah-Ibu Semesta tak berkenan"

Maafkan kami.
Karena hanya pema'afan dan kebahagiaan kalianlah yg bisa membuat hidup ayah & ibu lebih baik dari sebelumnya.

"Iya, menjadi orangtua yang lebih baik dari sebelumnya"

*Peluk cium anak-anak kita*

#leavealegacy
#ayahibusemesta