Kamis, 29 Desember 2016

Makna Pelinggih Taksu

Kata “Taksu” adalah kata bahasa Bali (bukan Sanskerta atau Jawa Kuno atau Kawi) yang berarti kekuatan bathin atau kekuatan spiritual. Kekuatan di dalam diri yang memancarkan pesona, daya pukau, wibawa dan sekaligus karisma (Suhardana, 2011:157).

Palinggih Taksu adalah palinggih dari Dewi Saraswati, sakti (kekuatan) Dewa Brahma dengan bhiseka Hyang Taksu yang memiliki fungsi memberikan kekuatan spiritual atau daya magic yang menyebabkan keberhasilan semua pekerjaan dan memelihara semangat dan gairah hidup yang penuh dengan godaan (Winanti, 2009:31). Adapun bentuk Palinggih Taksu dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu :

1. Taksu Tenggeng

Taksu ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bawah disebut Bataran, diatas bataran menggunakan sebuah tiang yang menyangga semua ruangan atau rong lengkap dengan atapnya. Dengan demikian, Taksu Tenggeng adalah palinggih yang bagian bawahnya merupakan bataran, di tengahnya sebuah tiang dan bagian atasnya sebuah ruangan yang beratap.

2. Taksu Nyangkil

Bentuknya hampir sama dengan Taksu Tenggeng. Hanya saja ruangannya terdiri dari dua ruangan (rong). Bagian bawah disebut bataran, bagian tengah disebut tiang (saka) bagian atas dua buah rong yang menyangga atap.

3. Taksu Agung

Bentuk bangunan Taksu Agung terdiri dari bataran di bagian bawah, di bagian tengah adalah badan bangunan, di atasnya merupakan sebuah ruangan disangga oleh sepasang Saka Anda ditutupi oleh atap bangunan. Penggunaan masing-masing palinggih Taksu ini tergantung dari latar belakang sejarah dari keluarga yang memiliki merajan tersebut. Meskipun berbeda-beda bentuknya, fungsi Taksu ini adalah sama.

Busana untuk Palinggih Taksu adalah Putih Poleng.

Untuk upakara atau banten yang dipersembahkan untuk Pelinggih Taksu adalah Ajuman (1) dan Canang Sari (1). Dalam konsep penyatuan sivasiddhanta adalah ada kemiripan fungsi pelinggih Taksu dengan Ista Dewata dari sekta Sakta di India, sekte yang memuja aspek feminim Tuhan (Sakti/kekuatan) (Gunawan, 2012:21).

sumber: siwagama, liaabenk, padmabuana

>>>sumber<<<

Senin, 12 Desember 2016

Inilah Rahasia Di Balik Bulan Purnama

Seluruh Alam Semesta beserta seluruh kehidupan keberadaannya mungkin saling terkait. Sering disebut ada tiga tingkatan alam menyeluruh, tapi satu dengan lainnya saling berkaitan. Menjadi satu kesatuan, berawal dari bagian-bagian semesta.Dari mana datangnya planet-planet itu? Mengapa matahari bersinar. Siapa memberi sinar? Mengapa ada bulan, dari mana asal-muasalnya. Mengapa suatu waktu ia bersinar terang (Purnama). Suatu saat gelap (Tilem).



Bulan purnama membawa kesan keindahan tersendiri, dan keunikan khas, ditangkap setiap orang. Karena itulah, Bulan Purnama menjadi sangat diperhatikan tibanya. Karena bulan purnama dianggap merupakan kesatuan cahaya, diantara ke tiga (Bhur,Buah, Shuah) alam tersebut.
Pertama ada imajinasi dibayangkan, seperti semesta tak terbatas, tapi ‘’dibatasi’’ sebagai wujud Tuhan. Pada hal batas wujud Tuhan tak dapat dilihat nyata. Juga alam jagat planet di dalam diri alam semesta, tetap misteri (makro kosmos). Ada pula mikro kosmos, alam kecil manusia.
Satu pendapat menganggap, Bulan Purnama muncul sebagai pemberi tanda, bahwa hari itu ada sesuatu istimewa terjadi. Paling tidak; berbeda dari hari-hari biasanya. Dimana Bulan muncul dengan penampakan, keindahan bulan purnama saat itu. Bulan Purnama muncul konon akibat dari kondisi bulan berada pada poros penyinaran penuh oleh matahari. Suatu keadaan tata Surya saat seperti itu, dimana matahari menyinari penuh planet bulan terjadi hanya saat tertentu saja. Pusat penerangan cahaya telah menjadi satu kesatuan penuh menjadi satu garis dari ke tiga alam planet besar itu. Matahari menjadi pusat sumbu, di mana bulan dan planet bumi saatnya satu poros tatkala bergerak penuh.
Dalam alam kosmos peredaran planet terdiri dari berjuta-juta planet di alam semesta raya ini merupakan suatu keadaan misteri. Seolah-olah ada tangan maha besar, kekuatan maha dahsyat dan pikiran maha cerdas mengatur seluruh alam semesta, agar tak terjadi tabrakan hebat.
Bukan kemustahilan hal itu bisa terjadi kalau tidak ada kecerdasan super yang mengaturnya. Akibatnya akan timbul kekacauan gerakan alam semesta, kemungkinan bisa menimbulkan hari kiamat. Setiap ancaman tabrakan, menimbulkan ancaman bagi kelangsungan hidup manusia di dunia, makhluk dan benda-benda di alam semesta.
Di Bali ada kepercayaan telah memasyarakat bahwa saat Bulan Purnama para Dewa melakukan meditasi, menyucikan bumi, merakhmati manusia dan saat seperti itu, Bulan Purnama memancarkan cahaya keberkahan. Tuhan mengeluarkan enersi demi memelihara kesejahteraan alam semesta, melalui cahaya, membagi pancaran-Nya, berupa para Dewa ke seluruh semesta. Sumber cahaya, enersi kehidupan, Dewa dan seluruh kehidupan dan makhluk maupun benda, berawal karena Tuhan ada. Seluruhnya berpusat dan ada hanya karena Tuhan. Ketika Tuhan tidak ada, apa pun tidak akan pernah ada. Dewa adalah kekuatan terpencar dari salah satu sinar kekuatan Tuhan. Pada hal Tuhan memiliki, berbagai kekuatan khas yang dahsyat. Cahaya kekuatan itu, diberi atribut Dewa.
Nampaknya paling tidak, ada dua efek yang diisyaratkan oleh suasana Bulan Purnama itu (kumpulan cahaya penuh). Pertama, kondisi alam sangat mendorong manusia, mencapai kesucian, hari itu diberkati Tuhan, menuju kedamaian dan kesejahteraan,bagi setiap makhluk. Bulan Purnama sering diidentikkan dengan keindahan (kemuliaan). Kesucian mencapai ‘’sunia’’, inti dari sepi dan sunyi tanpa noda. Kepasrahan kepada sesuatu yang mulia tadi, tanpa mengharapkan apa-apa. Orang Bali mengatakan: ‘’Identik dengan bahagia tak kembali lagi kepada duka’’. Menghuni rumah Tuhan dengan abadi.Tak terlahirkan kembali.
Di Bali orang melakukan upacara persembahyangan, memilih di Bulan Purnama. Atau hari-hari persembahyangan jatuh pada hari Bulan Purnama. Tak mengherankan di Bali, bila Bulan Purnama, akan menemukan upacara-upacara berbagai jenis. Tentu dipilihnya hari itu, karena dianggap hari penuh berkah dan suci. Hari dimana diyakini para Dewa melakukan ‘semadi’ dan menebarkan berkahnya kepada setiap makhluk maupun benda-benda di alam semesta. Sebaliknya pada waktu Tilem (bulan gelap), kebalikan dari posisi bulan terletak pada Bulan Purnama, dilakukan pula peringatan sebagai keyakinan adanya Rwabinedha.Keduanya berbeda tetapi harus sama-sama dihormati.
Akibat kedua, perilaku misteri Bulan Purnama itu bisa berakibat jatuh pada suasana indah, tapi terperangkap pada kepentingan pemuasan indra-indra, dikatakan bentuknya lebih rendah. Bisa jatuh ‘rindu’ dan bersifat ‘nafsu’ bila mengenangkan sesuatu yang dicintai. Dimana bangkitnya rasa romantis, terutama di balik itu biasanya bermenung Dewa Asmara (Semara dan Ratih) dan ini sah saja. Kalau tidak demikian, bagaimana manusia bisa berkembang di atas dunia ini. Ini tergantung pada kedudukan, tujuan dan suasana tingkat bathin manusia dan makhluk itu sendiri. Dimana mereka sedang terpengaruh oleh sinar Bulan Purnama. Namun pada dasarnya keindahan itu adalah suci seperti cahaya cemerlang menyapu kegelapan. Itulah Bulan Purnama sebagai perwujudan keindahan, bisa membebaskan dan bisa pula terikat pada tujuan di luar itu.
Ada beberapa cerita mungkin mitos, bisa sejarah, bisa fiksi atau apalah istilahnya itu. Misalnya, ketika Sang Budha Gautama masih sebagai Pangeran Sidharta Gautama kemudian mencapai kebudhaan (kesempurnaan), dimana waktu pencapaian ini dikatakan pula bertepatan, pada saat Purnama Sidhi. Bulan Purnama penuh berkah dan kesucian. Hal ini, merupakan kisah seorang tokoh maha besar junjungan penganut ajaran budha.
Ada seorang penekun spiritual, bercerita kepada penulis. Bahwa saat bulan Purnama di bulan Juni dan Juli, lihat ke langit saat tengah malam atau sesudah tengah malam setiap hari. Carilah tempat, dimana langit dapat ditatap dengan bebas dan ditaburi bintang-bintang. Suasana damai dan misteri, sulit dilukiskan memakai kata-kata, mungkin akan Anda temukan bila hati Anda terbuka lebar. Anda akan menyaksikan dengan terkejut, bila selama ini Anda anggap Bulan Purnama biasa saja. Bintang dengan lincah berselewiran seperti berpindah tempat dan kemudian menghilang. Atau cahaya besar sebesar kurungan ayam, berjalan dengan penuh cahaya dan mengeluarkan sinarnya menerangi alam sekelilingnya. Bahkan ia mengatakan pernah melihat cahaya besar itu sangat dekat dengan bumi. Sehingga tempat di bawahnya diterangi oleh bagian cahayanya. “Hal seperti ini sekarang memang sulit lagi saya temui, pada hal sangat merindukanya, “ katanya menutup penuturannya.
Pada saat melihat bintang terbang, saat seperti itu, orang yang sempat mengingat dan memanggil nama Tuhan dan mengucapkan doa, sebelum cahaya itu menghilang. Doanya akan terkabul, beberapa orang mengatakan setuju dengan kebenaran hal itu.
Konon itu terjadi para dewa sedang mengadakan perjalanan suci di dalam meditasinya menuju dunia. Mereka menebarkan berkah. Tapi dari sudut ilmu pengetahuan, hal itu bisa merupakan perpindahan bintang atau meteor pecah, dimana pecahannya terlempar mendekati bumi. Kejadian seperti itu dianggap tidak ada keistimewaannya, kecuali memang terasa ada suasana damai, alam terbuka dan suasana sepi sendiri dengan angin malam berembus kecil. Bagi penulis, sempat pernah merasakan kedamaian dan keluarbiasaan suasana misteri. Merupakan pengalaman tersendiri.
Ada pula mitos tentang terjadinya bulan gerhana, bulan mau dimakan Kala Rawu, kepergok matahari saat menelan Bulan Purnama. Tentu Kala Rawu jatuh hati akibat keindahan bulan purnama. Sebaliknya pula suasana bulan purnama bisa dimanfaatkan untuk menjalin cinta di bawahnya diiringi janji-janji bernada ‘’gombal’’ dengan saksi Bulan Purnama. Bahkan menurut sebuah penelitian penulis sempat baca, di kala bulam purnama ternak-ternak yang hidup bebas di padang rumput luas (pasture), memanfaatkan bulan purnama untuk menuju perkembangbiakan lebih cepat. Bulan purnama ternyata berpengaruh terhadap libido ternak-ternak yang hidupnya bebas di padang rumput.
Satu hal mungkin perlu dipahami dan direnungkan tentang adanya keyakinan, bahwa bulan itu merupakan pintu Nirwana. Meskipun bulan nampak dari jauh sangat indah dan mulus, konon sebenarnya adalah terdiri dari bukit-bukit karang. Di balik itu, ada berita menyatakan ada tersimpan kandungan bahan-bahan kehidupan sangat berharga. Bahkan bulan pernah didarati manusia. Pada hal sebelumnya dikatakan tak mungkin. Kenyataannya memang terjadi, manusia mencapai pintu Nirwana dengan kekuatan imajinasi dan akal budi (Ilmu Pengetahuan). Namun manusia dengan pikirannya yang dahsyat itu belum mampu membuka rahasia besar dan meyakinkan di balik fisik bulan. Apa sebenarnya bulan itu? Dari mana asalnya? Mengapa harus ada bulan? Tatkala bulan purnama, benarkah bulan sebagai pintu Nirwana, terbuka dan memancarkan energi hidup demi kelangsungan semua yang ada di alam semesta? Jawabannya masih tersimpan rapi sebagai rahasia besar untuk dibuka manusia.

Senin, 28 November 2016

Makna Dan Filosofi Kwangen

Kewangen itu adalah kata jadian, kata dasarnya adalah WANGI,mendapatkan prefik Ka dan sufik AN, maka menjadi; Ka + wangi +an = ka(e)wangian. i + a = e, menjadi Kewangen. Oleh karena kata dasarnya itu WANGI, yang mana wangi itu identik dengan bau yang disenangi dan bau yang dicintai, mungkin dibutuhkan oleh setiap manusia yang normal (Kewangen), maka itu pula yang menyebabkan kewangen itu disebut dan digunakan sebagai simbul yang dapat mewakili Tuhan dalam pikiran umat. Jadi kesimpulannya Kewangen itu adalah simbul Tuhan juga disebut simbul dari huruf Ongkara (huruf Bali) yang juga disebut simbul Tuhan dalam bentuk huruf. 
 
Kuangen terdiri atas beberapa bagian, yaitu :
  1. Kojong, biasanya dibuat dari daun pisang, dibuat sedemikian rupa sehingga berbentuk kojong. Kojong ini bila kita tekan sampai lempeh maka dia akan berbentuk segi tiga, maka kojong menyimbulkan angka tiga Huruf Bali (lihat huruf Ongkara Bali).
  2. Pekir, dibuat sedemikian rupa menyerupai hiyasan kepala dari tarian jangger (tarian muda-mudi di Bali).dibuat dari daun janur. Bentuknya bisa kelihatan bermacam-macam , itu sangat tergantung dari seninya yang membuat. Ini merupakan simbul dari Ulu Ardha Candra dan Nada(tulisan huruf Bali).
  3. Uang Kepeng (pipis bolong), bila tidak ada uang kepeng, maka bisa digunakan uang logam, sebab uang kepeng itu yang dipentingkan adalah bentuknya yang bundar, sebagai simbul Windu (nol). Perlu ditekankan disini jangan menggunakan uang kertas yang diplintir akan mengurangi arti dan makna.
  4. Porosan, ini ditempatkan di dalam kojong tadi hampir tidak kelihatan dari luar. Porosan ini yang terpenting adalah terdiri dari tiga unsur yaitu; daun sirih (daun lain yang wajar digunakan), daun ini yang dicari maknanya adalah warnanya yaitu berwarna Hijau, merupakan simbul dari dewa Wisnu, Huruf Balinya adalah Ungkara, Kemudian buah sirih yang disisir sedemikian rupa, ini mewakili warna merah, simbul dari Dewa Brahma, huruf Balinya Angkara. Selanjutnya unsur yang ketiga adalah kapur sirih warnanya putih sibul dari dewa Iswara (Siwa), Huruf Balinya adalah Mangkara. Ketiga-tiganya itu dijarit semat atau diikat pakai menang menjadi satu, artinya seperti uraian dibawah ini. Jadi tiga huruf itu; A.+ U + M = AUM MENJADI ONG ( A dan U kasewitrayang dalam tata bahasa Bali). Maka ONG itu adalah huruf sebagai simbul dari Tuhan.
  5. Bunga, ini simbol dari rasa cinta dan rasa bhakti.
Kesimpulannya Kewangen (bisa dibaca kwangen) adalah merupakan simbul dari Tuhan dalam bentuk tetandingan (sarana upacara).

Oleh karena kewangen itu merupakan sarana upacara yang digunakan disetiap upacara terutama saat sembahyang dan sarana ini dianggap suci, maka sering menjadi pertanyaan antara lain; Kenapa kewangen yang suci itu (simbul Tuhan) kok digunakan/ diletakan di mayat dan di caru? Jawabannya; Nah kalau kita berpijak kepada defenisi kewangen sebagai simbul Tuhan, maka Tuhan itu berada dimana-mana dan menyusup kesemua ciptaannya (baca Tattwa Jnana). Maka dari itulah kewangen digunakan disetiap upacara.

Secara kenyataannya di saat sembahyang umat bermacam-macam caranya menggunakan kewangen, terutama posisinya. Ada yang uang kepeng (sebagai mukanya/depannya) ada yang menghadap kedepan, ada yang menghadap kekiri/kekanan, ada pula yang menghadap ke belakang (menghadap ke yang sembahyang/orang). lalu muncul berbagai pertanyaan dan berbagai penafsiran, maka yang benar (menurut lontar paniti gama tirtha pawitra), uang kepengnya menghadap kebelakang/ menghadap ke orang yang sembahyang itu yang benar.

Sumber:PHDI,Hindualukta

Selasa, 01 November 2016

Inspirasi - Hutang Pada Anak-Anak

Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah.

Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan.

Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan.

Tetapi,
Seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka, Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, Menghibur kita dengan tawa kecilnya, Menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya.

"Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya."

Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup.

Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yg justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita.

Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka,

_tetapi_

Sebenarnya kitalah yg selalu mereka bahagiakan.
Merekalah yg selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita.

Kita berhutang banyak pd anak-anak kita.

Dalam 24 jam, berapa lama waktu yg kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap & bermain dengan mereka?

Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka ?

Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yg selalu "lebih dewasa" & "bijaksana" daripada kita.

Merekalah yg selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yg lebih baik setiap harinya.

Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yg pernah kita punya.

Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita.

□Anak-anak yg setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi.

□Anak-anak yg terbakar residu ketidak-becusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa.

□Anak-anak yg menanggung konsekuensi dari nasib buruk yg setiap hari kita buat sendiri.

□Anak-anak yg barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri.

Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia.

MAKA,
dekaplah anak-anak kita, tataplah mata mereka dengan kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka :

"Maafkan kami untuk hutang-hutang yg belum terbayarkan"

"Maafkan jika semua hutang ini telah membuat TUHAN sebagai Ayah-Ibu Semesta tak berkenan"

Maafkan kami.
Karena hanya pema'afan dan kebahagiaan kalianlah yg bisa membuat hidup ayah & ibu lebih baik dari sebelumnya.

"Iya, menjadi orangtua yang lebih baik dari sebelumnya"

*Peluk cium anak-anak kita*

#leavealegacy
#ayahibusemesta

Kamis, 21 Juli 2016

Memahami lebih dalam tentang Ho’oponopono


HO’OPONOPONO

Apa itu Ho’oponopono ?
Ho’oponopono pada awalnya banyak dikenal sebagai sebuah seni dalam pemecahan masalah keluarga di Hawaii. Dalam perkembangan selanjutnya, Morrnah Nalamaku Simeona, seorang Khuna La’au Lapa’au atau penyembuh, memperkenalkan cara penemuan identitas diri melalui Ho’oponopono.
Penemuan Identitas Diri melalui Ho’oponopono dilakukan dengan cara mengambil alih sepenuhnya atas apa pun yang terjadi di dalam kehidupan kita. Ya, mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya.

Kenapa Penting bagi Kita untuk Mengambil Alih Tanggung Jawab 100% Sepenuhnya?
Bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan kita, berarti kita terus menerus melakukan pembersihan memori-memori (ingatan) kita, yaitu data-data buruk yang ada di memori kita. Pembersihan memori yang kita lakukan ini akan membawa kita pada “TITIK NOL” kita.

Apa itu “TITIK NOL” ?
“TITIK NOL”, menurut Morrnah, adalah sebuah kondisi saat kita menjadi “bersih” dan di mana segala sesuatunya berjalan dengan sempurna. Ini adalah saat kita merasa sangat dekat dengan Tuhan. Dalam berbagai kisah spiritual, kondisi ini diibaratkan sebagai Surga, Taman Firdaus, Taman Eden, tempat Adam dan Hawa pada awal mulanya diciptakan dan hidup.
“TITIK NOL” adalah kondisi saat kita menjadi sempurna dan dapat mendengar suara Tuhan, mendapatkan suatu pencerahan. Sangat sulit bagi sebagian besar orang untuk mencapai kondisi “TITIK NOL” ini. Ya, sangat sedikit orang yang dapat mencapai “TITIK NOL” ini.
 

Mengapa Sangat Sulit bagi Kebanyakan Orang untuk Mencapai “TITIK NOL” ?
Sejak awal mula penciptaan hingga sekarang, memori terus terakumulasikan di dunia ini. Dengan demikian, sudah tidak terhitung lagi banyaknya memori di dunia ini. Semakin banyak memori yang terakumulasikan membuat kita semakin sulit untuk mencapai “TITIK NOL”. Ya, karena memori-memori ini selalu mengambang dan bergerak-gerak di sekitar kita sehingga membuat pikiran kita terus menerus bereaksi terhadapnya. Inilah yang biasanya memyebabkan kebanyakan orang sangat sulit untuk mencapai “TITIK NOL”.
 

Apakah Ho’oponopono dapat Membantu Membersihkan Memori Negatif?
Ya. Untuk membersihkan sebuah rumah yang kotor dan dipenuni oleh debu kita memerlukan sebuah “alat pembersih”. Seperti halnya sebuah rumah, untuk membersihkan diri kita dari memori-memori negative yang merugikan, maka kita juga memerlukan sebuah “alat pembersih”. Dan kabar baiknya bagi kita, Ho’oponopono dapat membantu kita membersihkan pikiran-pikiran negative itu.
Ketika orang menggunakan “alat pembersih” ini, Ho’oponopono, dan mempraktekannya, maka akan semakin banyak memori yang dapat dibersihkan di dunia ini. Setiap kali orang mempraktekan Ho’oponopono, maka setiap memori buruk yang ada akan dibersihkan dan dilepaskan untuk dibersihkan oleh Tuhan, dan dihapuskan dari diri kita. Dan ketika sebuah ingatan negative dihapuskan oleh Tuhan dari diri Anda, ini berarti memori itu telah dihapuskan dari dunia ini.
 

Bagaimana Ho’oponopono dapat Membersihkan Memori Negatif?
Dengan mempraktekkan Ho’oponopono, maka diri serta pikiran kita akan terus menerus diingatkan sehingga pikiran kita secara otomatis selalu menyensor dan membersihkan pikiran-pikiran negative yang muncul. Ya, pikiran-pikiran negative seperti kekhawatiran, menghakimi, dan melarutkan diri dalam masalah yang dihadapi, dan lain sebagainya. Sebenarnya dengan membiarkan diri kita hidup dalam pikiran-pikiran negative itu, dan mengakumulasinya dari hari ke hari, ini akan menyebabkan diri kita semakin jauh dari Tuhan, ini artinya seakan-akan kita mengatakan pada Tuhan bahwa kita tidak membutuhkan bantuan-Nya.
Mempraktekkan Ho’oponopono akan membantu kita untuk belajar melepaskan “ikatan” kita pada setiap pikiran negative dan permasalahan yang kita hadapi. Karena seperti yang kita ketahui, ketika kita larut dalam pikiran negative kita, misalnya kekhawatiran, maka sebenarnya kita semakin menambahkan kekhawatiran itu dalam memori kita alih-alih menghilangkan dan melenyapkannya.
Dengan mempraktekan Ho’oponopono, maka Ho’oponopono akan selalu membantu kita untuk selalu percaya dan memasrahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Tuhan. Ya, karena kita percaya bahwa kehendak Tuhanlah yang terbaik.
Ya, setiap kali mempraktekkan Ho’oponopono, maka turut membantu menghapus memori yang terakumulai di dunia ini.
 

Bagaimana Cara Mempraktekkan Ho’oponopono untuk Membersihkan Memori Negatif?
Sangatlah mudah untuk mempraktekkan Ho’oponopono dan membantu membersihkan berbagai memori yang ada di dunia ini. Kita dapat mengafirmasikan dan mengulang-ulang kalimat-kalimat sebagai berikut :
–      “Saya Menyesal” atau “I am Sorry”,
–      “Maafkan Saya” atau “Forgive Me”,
–      “Terima kasih” atau “Thank You”,
–      “Saya Mencintaimu” atau “I Love You”
Ya, sesederhana itu untuk melakukan perubahan dalam hidup kita. Setiap kali kita mengulang-ulang baik salah satu saja maupun seluruh kalimat itu, ini artinya kita sedang melepaskan ingatan-ingatan negative dari pikiran kita. Dan tindakan selanjutnya adalah memasrahkan diri dan percaya sepenuhnya dengan ikhlas kepada Tuhan, biarkan Tuhan dengan kuasa-Nya yang ajaib dan mengagumkan menghapus berbagai memori-memori negative dari pikiran kita.
 

Apa Keuntungan Kita Mempraktekkan Ho’oponopono?
Mempraktekkan Ho’oponopono memberikan kita sebuah kesempatan untuk selalu bertanggun jawab atas segala sesuatu di dalam kehidupan kita. Setiap masalah yang datang dan kita hadapi dalam hidup kita akan mulai kita pandang sebagai tanggung jawab kita sepenuhnya, alih-alih melemparkan tanggung jawab kepada orang lain seperti biasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang.
Dengan mempraktekkan Ho’oponopono, setiap masalah yang datang akan kita hadapi dengan tanggung jawab penuh. Dan masalah yang datang itu akan menjadi sebuah kesempatan bagi kita untuk melakukan pembersihan memori dan menghapus memori dari masalah tersebut.
Mempraktekkan Ho’oponopono juga memberikan kita sebuah kesempatan untuk selalu merasa bahagia dan damai. Memori negatif (buruk) dapat berupa orang-orang, situasi maupun kejadian yang mengganggu diri maupun pikiran kita. Sangat penting bagi kita untuk tidak larut dan terjebak terus menerus dalam momori negatif.
Penyakit kanker adalah contoh sebuah penyakit yang disebabkan oleh memori negatif, sehingga kita perlu untuk melakukan pembersihan. Kemiskinan juga merupakan memori negatif, kemarahan adalah juga memori negatif. Ya, segala sesuatu selain kedamaian adalah sebuah memori negatif (buruk).
Ini mungkin sulit untuk dipahami, sebagaimana pikiran sadar kita “hanya” mampu memahami sebagian kecil saja dari rahasia yang ada di alam semesta ini.
 

Akhirnya, Ho’oponopono untuk Kembali ke “TITIK NOL”..
Dalam hidup sehari-hari kita sering melakukan berbagai penilaian yang salah dan terjebak dalam memori negatif. Maka semakin kita terjebak, semakin kita menjauh dari Tuhan, dan semakin kita tidak dapat mendengarkan petunjuk Tuhan. Ho’oponopono memberikan kita kesempatan untuk semakin mendekat kepada Tuhan dan berjalan sesuai dengan jalan-Nya.
Dengan mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan kita, dan mempraktekan Meditasi Ho’oponopono sebagai sarana untuk membersihkan memori-memori negatif, itu artinya kita melepaskan dan membersihkan memori itu. Dan semakin diri kita bersih, maka kita semakin membuka diri kita kepada Tuhan dan kembali ke “TITIK NOL”.


Copas dari: https://huna4indonesia.wordpress.com/hooponopono/
=======================================================================

 
Kebenaran Menakjubkan Tentang Ho’oponopono

Saya tidak menyangka akan ada begitu banyak orang tertarik pada Ho’oponopono ini. Banyak rekan-rekan saya yang berbagi cerita atau mengajukan pertanyaan tentang teknik ini. Mereka ingin mengetahui lebih banyak dan hal itulah yang mendorong saya untuk berbagi dengan semua orang. Jadikan tulisan saya dalam blog ini sebagai sarana yang dapat membantu Anda mempelajari metode Ho’oponopono I-Dentitas Diri lebih dalam.

This Gift for you.....

Ketika pertama kali saya mendengar teknik rahasia Hawaii ini, untuk mengejanya saja saya membutuhkan beberapa kali mengucapkannya dengan benar.

”Apa itu Ho’oponopono ?”

”Apa luar biasanya teknik ini ?”

”Bagaimana saya bisa menggunakan teknik ini untuk memperoleh kekayaan, kesehatan, dan kedamaian ?” seperti yang dituliskan di halaman depan buku itu, membuat saya benar-benar penasaran.

Mari kita mulai membuka kebenaran rahasia ini.

Seorang Pencipta dan guru besar Ho’oponopono I-Dentitas Diri bernama Morrnah Nalamaku Simeona. Ia seorang ”pekerja keajaiban” yang memberi ceramah di perguruan tinggi, rumah sakit, dan bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia telah wafat bulan februari 1992. Dan sampai menjelang ajalnya, ada seseorang yang selalu bersamanya dan menerima pelatihan dari Morrnah selama satu dasawarsa, dialah Dr. Ihaleakala Hew Len, salah satu pengarang buku Zero Limits. Sejak saat itu hingga sekarang, Dr. Hew Len lah yang meneruskan penyebaran Ho’oponopono I-Dentitas Diri ini ke berbagai belahan dunia. Anda dapat melihat situs resminya di www.hooponopono.org.
Morrnah Nalamaku Simeona

Dr. Hew Len menjelaskan, ”Secara sederhana arti Ho’oponopono adalah ’membetulkan’ atau ’meralat sebuah kekeliruan’. Menurut orang Hawaii kuno, kekeliruan timbul dari pikiran-pikiran yang dicemari kenangan yang menyakitkan dari masa lalu. Ho’oponopono menawarkan sebuah cara untuk melepaskan energi pikiran yang menyakitkan atau kekeliruan ini, yang mengakibatkan ketidakseimbangan dan penyakit.”
Dalam bahasa Hawaii, ho’o berarti ”menyebabkan” dan ponopono berarti ”kesempurnaan”. Singkatnya definisi Ho’oponopono adalah sebuah proses pelepasan energi yang bersifat racun dalam diri Anda untuk mengizinkan munculnya dampak gagasan, kata, perbuatan, dan tindakan Sang Ilahi.
Sang Ilahi disini dapat digambarkan sebagai Allah, Kehidupan, Alam Semesta, atau istilah lain apa pun untuk kekuatan kolektif yang lebih tinggi.
Satu hal yang membuka pikiran, adalah: ”I-Dentitas Diri melalui Ho’oponopono melihat setiap masalah bukan sebagai cobaan berat, melainkan kesempatan. Masalah hanyalah kenangan masa lalu yang bermunculan kembali untuk memberi kita satu kesempatan lagi guna melihat dengan mata KASIH dan bertindak berdasarkan inspirasi.”
Pendeknya, Ho’oponopono semata merupakan sebuah proses pemecahan masalah. Namun hal itu seluruhnya dilakukan dalam diri Anda.

Sekarang inilah yang menarik perhatian saya.

Dr. Hew Len pernah bekerja di Rumah Sakit Negara Bagian Hawaii selama tiga tahun. Bangsal tempat mereka merawat penjahat yang gila sangat berbahaya. Setiap bulan selalu ada psikolog yang mengundurkan diri. Banyak karyawan tidak masuk kerja dengan alasan sakit, atau semata mengundurkan diri. Orang-orang berjalan di bangsal dengan punggung menempel dinding, khawatir diserang pasien. Bukan tempat yang menyenangkan untuk ditinggali, dikunjungi, atau dijadikan tempat kerja.
Ia tak pernah melihat pasien dalam pekerjaannya. Ia bersedia memeriksa catatan-catatan mereka. Sementara melihat catatan-catatan tersebut, ia akan membenahi dirinya. Ketika ia membenahi dirinya, para pasien mulai menjadi sembuh.
Anda pasti takjub membaca yang berikut:
Setelah beberapa bulan, pasien yang dirantai diperbolehkan berjalan-jalan dengan bebas. Pasien lain yang diobati dengan banyak obat dikurangi obatnya. Mereka yang sebelumnya dianggap tidak memiliki kesempatan dilepaskan telah dibebaskan.”
Tidak hanya itu...lanjut Dr. Len
Para karyawan mulai senang datang ke tempat kerja. Ketidakhadiran dan arus keluar masuk karyawan tidak tampak. Akhirnya kami memiliki lebih banyak karyawan daripada yang kami butuhkan karena para pasien dilepaskan dan seluruh karyawan datang bekerja. Sekarang ruangan itu ditutup.”

Saya sempat berpikir , “Apa iya cerita ini betul-betul terjadi ? Sepertinya tidak mungkin.”
Mungkin Anda juga sempat terlintas pikiran demikian. Namun, memang itulah kenyataannya. Dr. Hew Len hanya membersihkan bagiannya yang dibagi dengan para pasien itu.
Ia pun menjelaskan: “Untuk menjadi seorang pemecah masalah yang efektif, si terapis harus mau bertanggung jawab 100 persen karena telah menciptakan situasi masalah, yaitu ia harus mau melihat bahwa sumber masalahnya adalah pikiran-pikiran yang salah dalam dirinya,bukan dalam diri kliennya. Dengan menggunakan pendekatan Ho’oponopono, sebuah proses pertobatan dan pengampunan memungkinkan si terapis bekerja langsung dengan Sumber Asal yang dapat mengubah pikiran-pikiran salah menjadi KASIH.”
Taukah Anda apa yang dilakukannya?
Ketika memeriksa catatan pasien, saya merasakan kepedihan dalam diri saya. Ini merupakan kenangan yang dibagi. Programlah yang mengakibatkan pasien bertingkah laku seperti itu. Mereka tidak punya kendali. Mereka terperangkap dalam sebuah program. Ketika merasakan program ini, saya membersihkannya,” ia menuturkan.
Dia akan menanyai dirinya,” Apa yang terjadi dalam diri saya yang menyebabkan masalah ini, dan bagaimana saya dapat memperbaiki masalah dalam diri saya ?”
Ia melihat catatan pasien dan sambil melakukannya, di dalam batin ia berkata kepada Sang Ilahi, ”Saya Mengasihimu”, ”Saya Menyesal”, ”Maafkan Saya” dan ”Terima Kasih”. Ia melakukan apa yang diketahuinya untuk menolong mengembalikan pasien ke keadaan perbatasan nol. Ketika Dr. Hew Len melakukan hal itu dalam dirinya, para pasien sembuh.

Saya tahu ini membingungkan, bagaimana mungkin hanya dengan mengatakan empat frase tersebut bisa menyembuhkan para pasien ?” Itulah yang ada dalam benak saya pertama kali membacanya.
Lalu saya menemukan ini: ”Ada dua cara untuk menjalani kehidupan,” Dr. Hew Len menjelaskan. ”Melalui kenangan atau melalui inspirasi. Kenangan adalah program-program lama yang dijalankan lagi. Inspirasi adalah pesan yang diberikan Sang Ilahi kepada Anda. Cara satu-satunya untuk mendengar suara Sang Ilahi dan menerima inspirasi adalah dengan membersihkan semua kenangan. Satu-satunya hal yang perlu Anda lakukan adalah membersihkan.”
Rupanya metode penyembuhan dari dalam ke luar ini adalah apa yang disebut Ho’oponopono I-Dentitas Diri.
Hanya ada empat pernyataan yang perlu Anda katakan berulang-ulang tanpa henti, yang ditujukan kepada Sang Ilahi.
”Saya mengasihimu.”
”Saya menyesal.”
”Mohon Maafkanlah saya.”
”Terima kasih.”
Dr. Hew Len menjelaskan “Bertanggung jawab sepenuhnya atas kehidupan Anda berarti segala sesuatu dalam kehidupan Anda—semata karena hal itu berada dalam kehidupan Anda—merupakan tanggung jawab Anda. Dalam pengertian harfiah, seluruh dunia adalah ciptaan Anda.
Anda bertanggung jawab sepenuhnya berarti menerima semuanya—bahkan orang yang memasuki kehidupan Anda dan masalah mereka karena masalah mereka adalah masalah Anda. Mereka ada di dalam kehidupan Anda, dan kalau Anda mengambil tanggung jawab penuh atas kehidupan Anda, Anda juga harus mengambil tanggung jawab penuh atas apa yang mereka alami. Data itu ada dalam diri Anda. Anda harus menghapusnya untuk kembali ke batas nol, dimana tempat datangnya inspirasi Sang Ilahi sehingga mereka pun kembali ke keadaan nol dan mereka pun menerima inspirasi,” kata Dr. Hew Len.

Itu berarti teroris, presiden, ekonomi apa pun yang Anda alami atau tidak Anda sukai—sudah saatnya Anda sembuhkan. Sesungguhnya mereka tidak ada, selain sebagai proksidari dalam diri Anda,” Jelas Dr Joe.
“Masalahnya tidak ada dalam diri mereka, tapi dalam Anda.”
“Dan untuk mengubahnya, Anda harus mengubah diri Anda.”
Menarik bukan ? Ini adalah konsep baru yang saya temukan dan ini membuat otak saya kewalahan menerima konsep ini, Dulu.
Banyak dari kita pada awalnya akan merasa sulit memahami dan menerima atau skeptis terhadap hal itu, lebih mudah menyalahkan orang lain untuk segala sesuatunya daripada bertanggung jawab sepenuhnya.
Namun, begitu Anda menerimanya, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana mengubah diri Anda supaya seluruh dunia juga berubah.

Satu-satunya cara yang pasti adalah dengan “SayaMengasihimu.”
Itulah kode yang membuka kunci penyembuhan. Namun, Anda menggunakannya pada diri Anda, bukan pada orang lain. Ingatlah masalah mereka adalah masalah Anda maka membenahi mereka tidak akan membantu Anda. Mereka tidak memerlukan penyembuhan, Anda-lah yang memerlukannya. Anda harus menyembuhkan diri Anda. Anda-lah sumber semua pengalaman itu.
Nah, ini baru awal perjalanan. Sekarang Anda sadar bahwa Anda menciptakan realitas Anda sendiri.
Tidak masalah jika Anda masih bingung atau berpikir bahwa menurut Anda ini tidak masuk akal. Jangan biarkan Anda hanya mengetahuinya sampai disini.

Sekarang, mari kita mulai perjalanan selanjutnya.
“Saya Mengasihi Anda.”


Copas dari: http://thehooponopono.blogspot.co.id/2009/06/kebenaran-menakjubkan-tentang_17.html
========================================================================

Sabtu, 09 Juli 2016

Makna Hari raya Tumpek Landep

Hari raya Tumpek Landep sendiri merupakan rentetan setelah hari raya saraswati, dimana pada hari ini umat hindu melakukan puji syukur atas berkah yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati. Perbedaan hari raya Saraswati dengan hari raya Tumpek Landep adalah dimana pada saat hari raya Saraswati umat hindu melakukan puji syukur atas turunnya ilmu pengetahuan dimana diimplementasikan dengan mengupacari berbagai sumber-sumber ilmu pengetahuan, seperti buku, lontar, prasasti dan berbagai sumber-sumber sastra dan ilmu pengetahuan lainnya. Sedangkan pada hari raya Tumpek Landep lebih mengucapkan puji syukur kepada Ida Bhatara Sang Hyang Pasupati yang telah menganugrahi kecerdasan dan ketajaman pikiran kepada manusia yang mana dari pikiran-pikiran tersebut melahirkan daya cipta rasa dan karsa manusia dalam menciptakan sesuatu (output) yang dapat mempermudah kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan.


Hari raya tumpek landep jatuh setiap Saniscara/hari sabtu Kliwon wuku Landep, sehingga secara perhitungan kalender Bali, hari raya ini dirayakan setiap 210 hari sekali. Kata Tumpek sendiri berasal dari “Metu” yang arinya bertemu, dan “Mpek” yang artinya akhir, jadi Tumpek merupakan hari pertemuan wewaran Panca Wara dan Sapta Wara, dimana Panca Wara diakhiri oleh Kliwon dan Sapta Wara diakhiri oleh Saniscara (hari Sabtu). Sedangkan Landep sendiri berarti tajam atau runcing, maka dari ini diupacarai juga beberapa pusaka yang memiliki sifat tajam seperti keris.


Dalam perkembangan zaman dan teknologi, perayaan hari raya Tumpek Landep tidak hanya mengupacarai benda-benda sakral/pusaka seperti keris dan peralatan persenjataan, melainkan juga benda-benda lain yang memiliki manfaat positif yang memberikan kemudahan dalam segala aktivitas dan kehidupan manusia. Adapun benda-benda tambahan yang juga sering kita lihat diupacarai para hari tumpek landep ini antara lain : motor, mobil, sepeda, computer, laptop, mesin pabrik, dan benda-benda lainnya.


Bagi umat hindu di Bali, senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena pikiranlah yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk dimulai dari pikiran, maka dari itu dalam perayaan hari Tumpek Landep ini kita diharapkan agar senantiasa menajamkan pikiran lewat kecerdasan dan mengendalikan pikiran lewat norma-norma agama dan budaya.


Begitu tingginya filosofi orang-orang Bali yang sangat memaknai segala sesuatu yang ada di dalam kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya budaya-budaya nusantara seperti inilah yang sepatutnya kita lestarikan sebagai bentuk warisan para leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter bangsa di tanah Nusantara. Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru.


Pinandita I Ketut Adi Wibardi 


Sumber: kalenderbali.org

Sabtu, 25 Juni 2016

Makna Hari Raya Saraswati

Makna Hari Raya Saraswati Bagi Umat Hindu, Hari raya Saraswati adalah hari yang penting bagi umat hindu, khususnya bagi siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan karena Umat Hindu mempercayai hari Saraswati adalah turunnya ilmu pengetahuan yang suci kepada umat manusia untuk kemakmuran, kemajuan, perdamaian, dan meningkatkan keberadaban umat manusia. Hari raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari Saniscara Umanis wuku Watugunung.
Hari Raya Saraswati adalah hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.
Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.
 
Makna dan simbol-simbol ini adalah:
1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.
2. Kitab ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: “Kita melampaui kelaparan dan da-haga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha.”
3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.
4. Ganatri di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.
5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).
6. Angsa, melambangkan: Bisa menyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).
7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan bersama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesannya).
8. Bunga Teratai, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang indah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.
Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dansesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.
Pemujaan Tirtha Saraswati dilakukan mempergunakan bahan-bahan: air, bija, menyan astanggi dan bunga.
  • Ambil setangkai bunga, pujakan mantra: Om, puspa danta ya namah.
  • Sesudahnya dimasukkan kedalam sangku. Ambil menyan astanggi, dengan mantram “Om, agnir, jyotir, Om, dupam samar payami“.
  • Kemudian masukkan ke dalam pedupaan (pasepan).
  • Ambil beras kuning dengan mantram : “Om, kung kumara wijaya Om phat“.
  • Masukkan kedalam sesangku.
  • Setangkai bunga dipegang, memusti dengan anggaranasika, dengan mantram:
Mantra :
Om, Saraswati namostu bhyam Warade kama rupini Siddha rastu karaksami Siddhi bhawantu sadam.
 Artinya :
Om, Dewi Saraswati yang mulia dan maha indah,cantik dan maha mulia. Semoga kami dilindungi dengan sesempurna-sempurnanya. Semoga kami selalu dilimpahi kekuatan.
Mantra :
Om, Pranamya sarwa dewanca para matma nama wanca. rupa siddhi myaham.
Artinya :
Om, kami selalu bersedia menerima restuMu ya para Dewa dan Hyang Widhi, yang mempunyai tangan kuat. Saraswati yang berbadan suci mulia.
Mantra :
Om Padma patra wimalaksi padma kesala warni nityam nama Saraswati.
 
Artinya :
Om, teratai yang tak ternoda, Padma yang indah bercahaya. Dewi yang selalu indah bercahaya, kami selalu menjungjungMu Saraswati.
  • Ucapkan mantra berikut:Sesudahnya bunga itu dimasukkan kedalam sangku. Sekian mantram permohonan tirta Saraswati. Kalau dengan mantram itu belum mungkin, maka dengan bahasa sendiripun tirta itu dapat dimohon, terutama dengan tujuan mohon kekuatan dan kebijaksanaan, kemampuan intelek, intuisi dan lain-lainnya.
  • Setangkai bunga diambil untuk memercikkan tirtha ke pustaka-pustaka dan banten-banten sebanyak 5 kali masing-masing dengan mantram:
    • Om, Saraswati sweta warna ya namah.
    • Om, Saraswati nila warna ya namah.
    • Om, Saraswati pita warna ya namah.
    • Om, Saraswati rakta warna ya namah.
    • Om, Saraswati wisma warna ya namah.
  • Kemudain dilakukan penghaturan (ngayaban) banten-banten kehadapanSang Hyang Aji Saraswati
  • Selanjutnya melakukan persembahyangan 3 kali ditujukan ke hadapan :
    • Sang Hyang Widhi (dalam maniftestasinya sebagai Çiwa Raditya).
    • Sang Hyang Widhi (dalam manifestasinya sebagai Tri Purusa)
    • Dewi Saraswati.
MANTRAM :
Om, adityo sya parajyote rakte tejo namastute sweta pangkaja madyaste Baskara ya namo namah.
Om, rang ring sah Parama Çiwa Dityo ya nama swaha.
 
Artinya :
Om, Tuhan Hyang Surya maha bersinar-sinar merah yang utama. Putih Iaksana tunjung di tengah air, Çiwa Raditya yang mulia.
Om, Tuhan yang pada awal, tengah dan akhir selalu dipuja.
MANTRAM :
Om, Pancaksaram maha tirtham, Papakoti saha sranam Agadam bhawa sagare. Om, nama Çiwaya.
 
Artinya :
Om, Pancaksara Iaksana tirtha yang suci. Jernih pelebur mala, beribu mala manusia olehnya. Hanyut olehnya ke laut lepas.
 
MANTRAM :
Om, Saraswati namostu bhyam, Warade kama rupini, Siddha rastu karaksami, Siddhi bhawantume sadam.
 
Artinya :
Om Saraswati yang mulia indah, cantik dan maha mulia, semoga kami dilindungi sesempurna-sempurnanya, semoga selalu kami dilimpahi kekuatan.
Meketis3 kali dengan mantram:Sesudah sembahyang dilakukan metirtha dengan cara-cara dan mantram-mantram sebagai berikut :
  • Meketis3 kali dengan mantram:
    • Om, Budha maha pawitra ya namah.
    • Om, Dharma maha tirtha ya namah.
    • Om, Sanghyang maha toya ya namah.
  • Minum 3 kali dengan mantram:
    • Om, Brahma pawaka.
    • Om, Wisnu mrtta.
    • Om, Içwara Jnana.
  • Meraup3 kali dengan mantram :
    • Om, Çiwa sampurna ya namah.
    • Om, Çiwa paripurna ya namah.
    • Om, Parama Çiwa suksma ya namah.
  • Terakhir melabahan Saraswati yaitu makan surudan Saraswati sekedarnya, dengan tujuan memohan agar diresapi oleh wiguna Saraswati

MAKNA PEMUJAAN KEPADA DEWI SARASWATI

Dewa berasal dari kata ”div” yaitu sinar/pancaran. Pengertiannya adalah bahwa Tuhan itu adalah satu, tapi mempunyai aspek-aspek dengan pancaran sinarnya yang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. ang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Pada saat menciptakan disebut Brahma, saat memelihara disebut Wishnu, dan saat pendaurulang disebut Shiwa, dan sebagainya. Tapi sebenarnya Brahma, Wishnu, Shiva adalah satu (Trimurti).
Paradewa ini mempunyai pendamping (Shak-ti), yaitu: Brahma shaktinya Saraswati, Wishnu shaktinya Lakshmi dan Shiwa shakti-Nya Parvati (Durga). Disini Dewi Saraswati sebagai aspek Tuhan Yang Maha Esa pada saat munurunkan ilmu pengetahuan (vidya), kecerdasan, ucapan, musik, budaya dan seba-gainya. Demikian pula dijabarkan dalam konsep Gayatri yang terdiri dari tiga aspek, yaitu: Saras-wati menguasai ucapan kata, Gayatri menguasai budhi dan savitri yang menguasai nafas.
Jadi makna pemujaan Dewi Saraswati adalah memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek Dewi Saraswati (simbol vidya) atas karunia ilmu pengetahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dan avidyam (kebodoh-an), agar dibimbing menuju ke kedamaian yang abadi dan pencerahan sempurna.
Setelah Saraswati puja selesai, biasanya dilakukan mesarnbang semadhi, yaitu semadhi ditempat yang suci di malam hari atau melakukan pembacaan lontar-lontar semalam suntuk dengan tujuan menernukan pencerahan Ida Hyang Saraswati
Puja astawa yang disiapkan ialah : Sesayut yoga sidhi beralas taledan dan alasnya daun sokasi berupa nasi putih daging guling, itik, raka-raka sampian kernbang payasan. Sesayut ini dihaturkan di atas tempat tidur, dipersembahkan ke hadapan Ida Sang Hyang Aji Saraswati.
Keesokan harinya dilaksanakan Banyu Pinaruh, yakni asuci laksana dipagi buta berkeramas dengan air kumkuman. Ke hadapan Hyang Saraswati dihaturkanajuman kuning dan tamba inumTamba inum ini terdiri dari air cendana, beras putih dan bawang lalu diminum, sesudahnya bersantap nasi kuning garam, telur, disertai dengan puja mantram:
  • Om, Ang Çarira sampurna ya namah swaha.
Semua ini mengandung maksud, mengambil air yang berkhasiat pengetahuan.

MAKNA DARI PERAYAAN DEWI SARASWATI

Dari perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya, antara lain:
1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.
2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebe-naran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.
3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.
4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.
5. Kita masih mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan penghayatan dan bakti yang tulus.
6. Melaksanakan Sembahyang sesuai dengan kepercayaannya masing-masing secara sederhana dengan bakti yang tulus, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.
sumber
Selengkapnya: http://kb.alitmd.com/makna-hari-raya-saraswati-bagi-umat-hindu
Download Apps Kalender Bali di: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.alitmd.kalenderbali